Uang Kertas vs Uang Dinar

Masih ingat ketika jelang hari Idul Qurban, banyak kambing dijajakan dipinggir jalan. Rata-rata harga kambing berkisar di atas Rp 1 juta.Harga ini jauh berbeda ketika Indonesia sebelum terjadi krisis, yaitu kisaran angka Rp 300 ribu. Mengapa harga kambing kian mahal?

Menurut Pemilik gerai Dinar Indonesia, Muhaimin Iqbal, sebenarnya harga kambing tidak berubah selama 1400 tahun lebih. Di zaman Rasulullah saw. harga kambing pada kisaran 1 dinar, yaitu kalau dirupiahkan pada saat ini kisaran Rp 1.35 juta per dinarnya.

Berbeda dengan uang kertas baik itu Rupiah, USD maupun uang kertas dari negeri manapun ternyata belum ada yang terbukti survive dalam jangka panjang. Jika trend harga kambing setiap tahun naik 23 %, maka tidak menutup kemungkinan 5 tahun lagi, harga kambing bisa mencapai 4 jutaan. Dan 40 tahun lagi bisa jadi harga kambing bisa mencapai Rp 5 Milyaran.

Muhaimin mengatakan keberadaan uang kertas atau uang fiat sangat tidak stabil. Kecenderungan nilainya menurun dari tahun ke tahun. Makanya jangan heran ketika uang pensiun yang dikumpulkan dari jerih payah selama 30 tahun bekerja nilainya menjadi sangat tidak berarti karena harga kambing sudah naik 720 kali dibandingkan dengan harga kambing pada saat mereka mulai bekerja.


Dinar emas hingga kini menjadi salah satu instrumen investasi terbaik. Menurutnya, investasi pada dinar memungkinkan investor terlindungi dari terus menurun nya nilai uang kertas akibat laju inflasi.

Terkait dengan uang kertas telah terjadi kegagalan yang diperankan oleh uang kertas dengan beberapa alasan yaitu uang fiat tidak bisa memerankan secara sempurna fungsi sebagai alat tukar yang adil karena nilainya yang berubah - ubah. Jumlah uang yang sama tidak bisa dipakai untuk menukar benda riil yang sama pada waktu yang berbeda.

Berikutnya sebagai satuan pembukuan uang kertas juga gagal karena nilainya yang tidak konsisten, nilai uang yang sama tahun ini akan berbeda dengan tahun depan, dua tahun lagi dan seterusnya. Catatan pembukuan yang mengandalkan uang fiat justru melanggar salah satu prinsip dasar pembukuan itu sendiri yaitu konsistensi.

Lalu sebagai fungsi penyimpan nilai, jelas uang fiat sudah membuktikan kegagalannya. Uang kertas tidak bisa diandalkan untuk mempertahankan nilai kekayaan, di Amerika masyarakatnya mulai tidak mempercayai uang dolarnya karena nilainya terus turun hingga 40 persen selama enam tahun terakhir.

Oleh sebab itu, secara bertahap perekonomian dapat menggunakan dinar dan dirham sebagai mata uang, sebab hanya dinar dan dirham yang bisa menjalankan fungsi uang modern secara sempurna, yaitu sebagai alat tukar (medium of change), fungsi satuan pembukuan (unit of account) dan fungsi penyimpanan nilai (store value).

Sejak zaman dahulu sampai saat ini, dan di kemudian hari pertukaran barang dan jasa dengan dinar dan dirham selalu mengikuti hukum pasar. Artinya dasarnya adalah suka sama suka. Ini berkebalikan dengan sistem uang kertas yang didasarkan pada pemaksaan melalui hukum alat tukar sah (Legal Tender Law). Karena itu, kita tidak mengadvokasikan pengesahan dinar dan dirham sebagai atau tukar sah melalui undang - undang sebuah negara.

Pertukaran sukarela akan terjadi ketika kesadaran masyarakat telah pulih, bahwa alat ujar yang adil haruslah berupa komoditi, dan bukan secarik kertas tak berharga. Kesadaran itu akan pulih ketika massa pemakai john ini telah mencapai jumlah tertentu (critical mass) hingga terasakan kehadirannya dalam masyarakat.

Labels: ,